Setapak Jejak Sejarah yang Hilang di Pantai Tanjung Karang

- 31 Desember 2021, 06:12 WIB
Beberapa warga sedang menikmati suasana menjelang matahari terbenam di Pantai Tanjung Karang Kota Mataram.
Beberapa warga sedang menikmati suasana menjelang matahari terbenam di Pantai Tanjung Karang Kota Mataram. /KlikMataram/Bambang Parmadi/

Baca Juga: Inilah Manfaat Ubi Jalar Bagi Kesehatan yang Mesti Anda Ketahui, Salah Satunya Mencegah Diabetes

Pelabuhan Tanjung Karang banyak disinggahi kapal dagang berbendera Inggris, terutama kapal-kapal yang sedang mengangkut rempah dari Maluku.

Selain itu, Wayan Tagah juga membuka pintu untuk para pedagang  Nusantara, di antaranya para pedagang dari Bengkulu. Salah satu pedagang  Bengkulu yang tercatat kerap bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Karang  bernama Daeng Manupa.

Alhasil di bawah kepemimpinan Tagah, tahun 1760, Tanjung Karang tumbuh sebagai  pelabuhan ramai yang yang banyak disinggahi kapal asing.

Bukan sekadar pelabuhan, Tanjung Karang dan sekitarnya tumbuh menjadi kota dagang dengan kantor-kantor perwakilan dagang internasional.

Namun sinar gemilang TANJUNG KARANG perlahan memudar menyusul kematian Wayan Tagah tahun 1775. Perang saudara para pewaris membuat para pedagang enggan datang.

Baca Juga: Zodiak Scorpio Menanti Momen Penuh Cinta, Sagitarius Perlu Waktu Romantis, Libra Sibuk?

Alfons van der Kraan dalam buku “Lombok: Conquest, Colonization, and Underdevelopment, 1870-1940” menyebut saat itu kerajaan terpecah menjadi empat kekuatan utama.

Para pangeran berebut kuasa. Yakni Cakranegara (Karangasem Sasak), Mataram, Pagesangan, dan Pagutan. Dari empat kekuatan itu, Karangasem Sasak dan Mataram adalah dua kekuatan terbesar.

Karangasem Sasak memanfaatkan Tanjung Karang sebagai pelabuhan utamanya, sedangkan Mataram mulai mengembangkan Pelabuhan Ampenan. Awalnya persaingan dua pelabuhan ini sempat membuat perdagangan di pantai barat Lombok menggeliat.

Halaman:

Editor: Dani Prawira


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini