Ki Ageng Pengging yang Populer dalam Sejarah Islam Jawa dan Kaitannya dengan di Lombok

- 3 Februari 2022, 21:23 WIB
Makam Ki Ageng Pengging di Desa Dukuh, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Makam Ki Ageng Pengging di Desa Dukuh, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. /Dispar Jateng

KLIKMATARAM - Dalam Sejarah Islam di Tanah Jawa terdapat dua orang tokoh yang dikenal sebagai Ki Ageng Pengging. Nama ini diduga kuat memiliki keterkaitan dengan nama tokoh yang mirip dalam sejarah Islam di Lombok.

Tokoh yang pertama adalah Pangeran Handayaningrat atau yang biasa disebut Ki Ageng Pengging Sepuh.

Dia adalah putra bungsu Jamaluddin Akbar Al Husaini atau yang dalam khasanah sejarah Islam di Nusantara dikenal dengan nama Sayyid Husein Jumadil Kubro, seorang mubaligh yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan.

Baca Juga: Ramai Peredaran Uang Palsu di Lombok Utara, Ternyata Pelaku Beli Sistem COD dari Daerah Ini


Pangeran Handayaningrat adalah nama yang digunakan setelah menjadi menantu Raja Majapahit Prabu Brawijaya V, yaitu suami dari Ratu Pembayun anak sulung Raja Majapahit tersebut. Nama aslinya adalah Syarif Muhammad Kabungsuwan.

Atas jasanya terhadap kerajaan, selain menjadi menantu raja beliau juga diberikan kuasa atas satu tanah perdikan yang selanjutnya menjadi sebuah wilayah kadipaten.

Walaupun menguasai satu kadipaten tetapi hampir tidak ada catatan sejarah yang menyebutnya Adipati. Hampir semua menuliskan gelarnya adalah Ki Ageng.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Bagikan Rahasia Terbebas dari Siksa Alam Kubur

Daerah kadipaten atau tanah perdikan tersebut adalah Pengging, sehingga sebagai kepala tanah perdikan disebut Ki Ageng Pengging.

Ki Ageng Pengging Sepuh meninggal dalam peperangan antara Majapahit melawan Demak setelah berperang tanding dengan Sunan Ngudung, ayah Sunan Kudus.

Makamnya terdapat di Desa Dukuh Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Desa ini pulalah yang dipercaya masyarakat pernah menjadi pusat pemerintahan Kadipaten (Tanah Perdikan) Pengging.

Baca Juga: Boleh Memelihara Anjing, Kata Buya Yahya Kalau Bukan untuk Kesenangan, Tapi Ada Akibatnya

Kemudian tokoh kedua adalah Ki Ageng Pengging Kebo Kenanga yang menggantikan ayahnya, Pangeran Handayaningrat sebagai Adipati Pengging.

Dalam konteks keagamaan Kebo Kenanga memilih model Islam Sufistik, dan bahkan menjadi murid dari Syech Siti Jenar yang sangat terkenal sebagai tokoh opisisi bagi kekuasaan Demak, baik dalam konteks pemerintahan maupun dalam konteks keagamaan.

Dalam beberapa tulisan model beragama kedua tokoh inilah yang dianggap sebagai cikal bakal dari apa yang disebut sebagai Islam Abangan, berbeda dengan Islam mainstream di Kesultanan Demak Bintoro yang biasa disebut sebagai Islam Putihan.

Menurut Babad Tanah Jawi, karena tidak pernah mau menghadap ke Demak sebagai tanda kesetiaan, Raden Patah sebagai penguasa Demak mengutus Sunan Kudus ke Pengging untuk mengklarifikasi hal tersebut.

Ki Ageng Pengging tetap tidak bersedia menghadap ke Demak dan memilih dihukum mati dengan tusukan keris Sunan Kudus.

Sementara menurut Serat Siti Jenar, Ki Ageng Pengging meninggal karena kemauannya sendiri. Sebelumnya, ia dikisahkan berhasil menyadarkan Sunan Kudus tentang ajaran Syekh Siti Jenar yang sebenarnya.

Baca Juga: Lee Se Young ‘The Red Sleeve’ Pasang Wallpaper Ponsel Foto Lee Junho Alasannya Bikin Baper

Akhirnya Ki Ageng Pengging meninggal dunia dengan caranya sendiri, bukan karena ditusuk keris Sunan Kudus.

Ki Ageng Pengging Kebo Kenanga memiliki seorang anak bernama Karebet yang setelah meninggalnya Ki Ageng, anak ini hidup bersama bibinya di Desa Tingkir hingga dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir.

Kelak di kemudian hari Jaka Tingkir mendirikan Kesultanan Pajang dan dikenal sebagai Sultan Hadiwijaya.

Itulah dua tokoh yang dikenal sebagai Ki Ageng Pengging. Walaupun berada di 'pinggiran' atau tidak berada dalam lingkaran pusat kekuasaan.

Tetapi kedua tokoh itu sangat dikenal, karena termasuk tokoh penting dalam alur silsilah kekuasaan di Tanah Jawa, dari kekuasaan Hindu Budha Majapahit hingga kekuasaan Islam Demak dan Pajang.

Menarik lagi untuk dikaji, ternyata dalam beberapa catatan sejarah masuknya Agama Islam di Lombok ditemukan satu tokoh dengan nama yang sama walaupun berbeda gelar atau penyebutannya, yaitu Sunan Pengging.

Hal ini tentu mengundang pertanyaan, siapakah Sunan Pengging di Lombok ini, adakah kaitannya dengan Ki Ageng Pengging Sepuh ataupun Ki Ageng Kebo Kenanga di atas?

Kita akan kupas pada bahasan artikel berikutnya.***

Editor: Hariyanto


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini