Keramat Loang Baloq di Tanjung Karang Peninggalan Sejarah Penyebaran Agama Islam di Lombok

14 Januari 2022, 10:11 WIB
Akar pohon beringin tua yang sangat lebat di makam Loang Baloq di dekat Pantai Tanjung Karang, Mataram /Majelis Adat Sasak

KLIKMATARAM - Sama seperti Pantai Tanjung Karang, makam keramat Loang Baloq berada sekitar 150 meter dari bibir pantai ini juga sangat dikenal oleh masyarakat di Kota Mataram. Bahkan juga masyarakat Lombok.

Di dekat Pantai Tanjung Karang ini, hampir setiap hari makam keramat tidak pernah sepi pengunjung.

Baik rombongan keluarga dalam jumlah kecil maupun rombongan-rombongan besar seperti majelis taklim dan sebagainya, termasuk rombongan peziarah dari luar Pulau Lombok.

Kata Loang Baloq berasal dari bahasa Sasak yang artinya Lubang Buaya. Nama tersebut diberikan karena di tengah kompleks pemakaman ini terdapat sebuah pohon beringin tua yang di tengahnya ada lubang.

Baca Juga: Scorpio Dapat Apresiasi Hari Ini, Cinta Sagitarius dan Libra Mulai Berbunga-bunga

Konon lubang tersebut menjadi tempat bersemayam seekor buaya berusia ratusan tahun.

Tepat di sebelah lubang tersebut terdapat sebuah makam yang merupakan tempat bersemayamnya Syech Gaus Abdur Razak, seorang ulama yang mendakwahkan Islam di Pulau Lombok pada sekitar abad 18.

Syech Gaus Abdur Razak adalah seorang ulama dari Timur Tengah yang mendakwahkan Islam ke Nusantara.

Setelah menyebarkan dan mendakwahkan Islam di Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali beliau meneruskan perjalanannya ke Lombok dan mendarat di pesisir Pantai Ampenan.

Hingga meninggalnya menjadi pendakwah di Lombok, terutama di Lombok bagian barat, dan setelah meninggal jenazahnya dimakamkan di Makam Loang Baloq.

Selain Syech Gaus Abdur Razak di sini terdapat makam tokoh yang dikenal dengan nama Datuk Laut, dan juga makam seorang anak yatim.

Baca Juga: Narkoba, 4 Orang Warga Ampenan Mataram Harus Berurusan dengan Polisi

Datuk Laut dikenal sebagai seorang pengiring dari Syech Gaus Abdur Razak. Tokoh ini tidak pernah disebutkan nama aslinya.

Tetapi sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan laut, seperti mencari ikan dan juga bekerja bersama para nelayan sehingga lebih dikenal dengan nama Datuk Laut.

Di samping berziarah para pengunjung yang datang ke komplek pemakaman ini terkadang juga menggelar beberapa ritual seperti potong rambut anak yang masih balita, biasanya disebut dengan ngurisan dalam bahasa Sasak.

Kemudian ada juga peziarah yang menyampaikan nazar mereka dan berdoa di makam agar permintaannya segera dikabulkan.

Bagi yang bernazar di tempat ini, mereka akan mengikatkan sesuatu ke akar gantung pohon beringin tersebut.

Jika doanya sudah dikabulkan, maka mereka akan datang kembali ke tempat ini untuk membuka ikatan yang mereka lakukan sebelumnya dan membayar nazar yang sudah disampaikan. Tradisi ini disebut dengan "Saur Sesangi" yang berarti membayar janji.

Pada peringatan hari-hari besar Islam, semakin ramai masyarakat yang datang berziarah di makam keramat ini.

Baca Juga: Jokowi Beli Sepatu Warna Merah Buatan Pringgasela, Ibu Negara Beli Tas Rumput Ketak

Terlebih pada acara lebaran topat yang jatuh pada hari ketujuh Bulan Syawal atau hari ke tujuh setelah Hari Raya Idul Fitri, berduyun-duyun masyarakat dari berbagai pelosok desa di Lombok datang berziarah.

Kuat dugaan kebiasaan berekreasi yang dilakukan sebagian masyarakat Lombok pada perayaan Lebaran Topat pada awalnya bukan semata-mata rekreasi, tetapi dilakukan setelah selesai berziarah di makam orang-orang yang dihormati.

Sehingga yang menjadi tempat awal mula berlangsungnya keramaian masyarakat adalah pantai di mana terdapat makam keramat di lingkungannya, seperti Pantai Batulayar, Bintaro Ampenan, dan Pantai Tanjung Karang tempat adanya makam keramat Loang Baloq ini.***

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler