Kebangkrutan Garuda, Antara Arogansi Kekuasaan dan Perilaku Keledai

- 3 November 2021, 15:16 WIB
Pesawat Garuda Indonesia.
Pesawat Garuda Indonesia. /Pixabay/Fariz Priandana

Kepada Jokowi, Rizal Ramli jelaskan bahwa keputusan Garuda untuk membeli atau menyewa pesawat sekelas Boeing 777 untuk melayani penerbangan langsung jarak jauh ke Eropa atau ke Timur Tengah adalah keputusan yang keliru.

Garuda tidak mungkin mampu bersaing dengan maskapai dari negara–negara Timur Tengah.

“Karena Arab kantongnya tebal. Harganya diturunin, solarnya disubsidi. Singapore Airline aja rontok, apalagi kita,” ucapnya.

Tetapi untuk penerbangan jarak sedang dan jarak dekat Garuda sangat mungkin untuk bersaing dan menjadi pemenangnya.

“Tapi kita harus bisa jadi jagoan di Asia, kita kalau lawan Japan Airline kita menang, servisnya bagus, harganya murah. Lawan Australia kita menang, lawan Malaysia,” lanjutnya.

Oleh karena itu, seharusnya strategi Garuda Indonesia selama 10 tahun ini adalah fokus menjadi raja di Asia dulu, maka dapat dipastikan menang.

Karena pernyataannya itu, dia pun mengaku dihabisi oleh media, dan disebut sok tahu, bukan bidangnya, hingga tak mengerti apa-apa.

Baca Juga: Hilangkan Stres dengan Jalan-jalan dan Ngadem di Air Terjun Aik Kelep

Pada kenyataannya memang pihak Garuda tidak hirau dengan pernyataan–pernyataannya. Bahkan ternyata hanya satu tahun menjabat sebagai Menko Maritim dan Sumberdaya Manusia tokoh yang selalu vokal dengan kritik tajamnya inipun terpental dari kedudukannya.

Senada dengan Rizal Ramli, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada tahun 2019 juga pernah mengingatkan bahwa maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah dalam kondisi 'morat-marit'.

Halaman:

Editor: Dani Prawira

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini