Pada tahun 2009 sampai dengan 2015 hanya terjadi letusan samping atau letusan terjadi dilereng gunung Barujari bukan di puncak kawah sehingga kekuatan letusannya tidak terlalu besar dan hanya berdampak di dalam kaldera Segara Anak.
Baca Juga: Kompor, Regulator, dan Tabung Bright Gas Bantuan Pertamina Bagi Korban Banjir
Berdasarkan pantauan 3 bulan terakhir aktivitas vulkanisme di Gunung Barujari didominasi oleh gempa vulkanik dalam yang atau posisi magma masih di bawah kedalaman 1 km yang artinya dalam waktu dengan Gunung Barujari belum mau meletus baik kecil maupun besar.
"Dari sini ada beberapa kesimpulan perbedaan Gunung Semeru dan Rinjani," ucapnya.
Semeru merupakan kerucut strato primer yang belum pernah meletus besar sehingga apabila meletus material letusan akan meluncur melalui lereng dan berpotensi berdampak pada pemukiman warga.
Sedangkan Gunung Barujari merupakan gunungapi yang terbentuk setelah letusan dahsyat Samalas tahun 1257 sehingga apabila meletus ada tameng berupa kaldera untuk menghalangi material letusan keluar.
Baca Juga: Penempatan TKI Akan Gunakan Sistem Satu Kanal, Apa Itu? Begini Penjelasan Menaker Ida Fauziyah
Aktivitas letusan Semeru terjadi hampir setiap hari sehingga terkadang susah untuk memprediksi kapan kubah lava akan runtuh dan terjadi letusan besar, sedangkan saat ini aktivitas Gunung Barujari didominasi oleh gempa vulkanik dalam yang mengindikasikan magma masih berada dibawah dan belum mau mendorong keluar.
"Jadi bisa dibilang dari karakeristik gunungapi Barujari cenderung memiliki potensi dampak yang lebih kecil daripada Gunung Semeru, tapi walaupun lebih kecil kita juga perlu tetap mengikuti protokol yang telah ditetap oleh PVMBG melalui rekomendasinya yaitu dilarang beraktivitas yang intens pada radius 1,5 km dari Kawah Barujari," jelasnya.***
Artikel Rekomendasi