KLIKMATARAM - Peristiwa meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur yang pada saat itu masih berstatus waspada atau level II banyak dikaitkan dengan isu level status yang sama dengan Gunung Rinjani di Lombok. Isu itu cukup membuat resah masyarakat.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda NTB, Kusnadi banyak mendapat pertanyaan terkait soal isu tersebut.
Kejadian letusan Gunung Semeru yang memuntahkan awan panas guguran yang bersamaan dengan banjir lahar dingin tentunya sangat mengagetkan banyak orang, khususnya masyarakat yang terdampak oleh letusan tersebut.
Baca Juga: Titi Kamal Ulang Tahun Diringi Ucapan Selamat dan Doa dari Sang Suami
Kejadian letusan Gunung Semeru bisa dibilang sebagai aktivitas biasa atau aktivitas harian di mana dalam satu hari bisa meletus antara 15-30 menti tapi pada tanggal 4 Desember Pukul 14.30 WIB terjadi letusan yang luar biasa, sehingga mengagetkan semua orang.
"Menurut Pak Igan Sutawidjaja seorang Vulkanolog senior IAGI letusan besar seperti itu diakibatkan oleh kubah lava yang roboh atau longsor lava yang diakibatkan oleh pelemahan akibat hujan deras dan dorongan dari dapur magma," kata Kusnadi.
Baca Juga: Omicron Terdeteksi di 45 Negara Tapi WHO Belum Terima Laporan Kematian
Menurut dia, letusan seperti ini hanya terjadi dalam rentang 8 sampai dengan 12 tahun sekali.
Akibat aktivitas letusan Semeru yang sebagai aktivitas harian oleh karena itu sampai dengan kejadian letusan awan panas guguran kemarin status Semeru adalah Level II atau Waspada.
Artikel Rekomendasi