Mengguritanya Bisnis Tes PCR, Pengamat: Ajang Eksploitasi Penderitaan Rakyat

- 4 November 2021, 07:09 WIB
Ilustrasi tes PCR.
Ilustrasi tes PCR. /Pixabay/Kollinger

KLIKMATARAM - Setelah cukup lama menjadi keluhan dan kemudian berkembang menjadi kecurigaan, kejanggalan harga tes polymerase chain reaction (PCR) yang dirasa memberatkan masyarakat selama ini akhirnya terbuka menjadi wacana publik.

Kecurigaan bermula ketika masyarakat membandingkan harga tes di negara lain yang harganya jauh lebih murah, yang ternyata kemudian direspon pemerintah dengan perintah presiden untuk menurunkan harganya.

Dari harga Rp2,5 juta–Rp2 juta pada masa–awal pandemi hingga hari ini telah terjadi empat kali penurunan harga, dan harga tertinggi yang ditentukan pemerintah saat ini adalah Rp300 ribu.

Dengan penurunan harga yang sangat signifikan tersebut membuat masyarakat semakin bertanya–tanya, berapa sebenarnya harga yang wajar.

Baca Juga: Gurita Bisnis Tes PCR Capai Triliunan, Ini Soal Nyawa, Harusnya Gratis Seperti Vaksinasi

Masalah ini semakin mencuat ke permukaan menjadi wacana publik ketika Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis hasil kajiannya bahwa sekelompok pebisnis yang mengimpor perangkat tes PCR ini selama pandemi telah menangguk keuntungan yang sangat besar, sekitar Rp10,5 triliun.

Professor Anthony Budiawan, seorang pengamat ekonomi dan Managing Director Political Economy & Policy Studies (PEPS) melontarkan pendapatnya.

Menurut dia, karena menjadi komponen yang wajib ada untuk penanganan pandemi, maka tes PCR ini sudah menjadi cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup rakyat. Oleh karena itu, seharusnya dikuasai dan diatur negara.

Baca Juga: Berkunjung ke Lombok Barat, Sandiaga Uno Dititipi Hadiah Istimewa Ini untuk Istrinya

Halaman:

Editor: Dani Prawira


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini