Jelang MotoGP Mandalika 2022 Tarif Kamar Hotel Melejit Tak Terkira, Siapa yang Memainkannya?

25 Januari 2022, 06:36 WIB
Tarif kamar hotel jelang MotoGP Mandalika 2022 melejit. /The Mandalika GP

KLIKMATARAM - Dua bulan menjelang pelaksanaan gelaran MotoGP Mandalika 2022 di Sirkuit Mandalika persoalan harga kamar hotel yang melonjak menjadi pembicaraan.

Menjelang perhelatan MotoGP Mandalika 2022 pada Maret, para pengelola hotel di seputar Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Tengah menyebut kamar-kamar hotel yang ada sudah penuh dipesan.

Penawaran kamar hotel untuk penonton MotoGP Mandalika 2022 para pelaku usaha jasa wisata (travel agent) menyebut harga yang sangat mahal, sekitar 3–4 kali dari harga normal.

Kondisi ini akhirnya memunculkan dugaan adanya spekulan yang “bermain” menaikkan harga tersebut. Para spekulan inilah yang telah menjual kembali dengan harga yang sangat tinggi.

Baca Juga: Untuk Perekrutan TKI Pemerintah Indonesia dan Malaysia Sepakat Lakukan Ini

“Kita tidak tahu ini siapa yang bermain, kayak lingkaran setan. Kita cek hotel full, tapi di luaran ada saja yang jual dengan harga luar biasa mahal dan harus cash (kontan),” kata Ketua Asosiasi Travel Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka, Minggu 23 Januari 2022.

Lebih lanjut Umbu Joka menyebut, mungkin saja pihak hotel tidak menaikkan harga kamar terlalu tinggi. Tetapi ada pemodal yang entah dari mana asalnya telah membayarnya. Artinya, mereka kembali menjual kepada travel agent atau calon tamu MotoGP dengan yang harga sangat tinggi.

Harga yang sangat tinggi ini membuat para pengusaha jasa wisata kebingungan karena paket perjalanan untuk menyaksikan MotoGP di Lombok menjadi mahal.

Wakil Ketua KADIN NTB bidang UMKM Anas Amrullah mengatakan bahwa para penggemar MotoGP dari Jakarta bisa menyaksikan gelaran di Sepang Malaysia dengan biaya Rp6–7 juta termasuk biaya tiket pesawat Jakarta–Kuala Lumpur pergi pulang.

Baca Juga: Pendaftaran Calon Mahasiswa UIN, IAIN, dan STAIN Sudah Dibuka, Simak Cara Pendaftaran dan Persyaratannya

Sehingga ketika ada travel agent di Lombok menawarkan paket menonton MotoGP di Sirkuit Mandalika dengan harga Rp10–12 juta, tidak termasuk tiket pesawat, harga ini sudah tidak rasional.

“Dengan 10 juta rupiah kita bisa jalan-jalan ke Turki 10 hari, sampai kita di Cappadocia. Masak ini orang mau ke Lombok cuma 3 hari mesti keluar uang 15 juta. Mikir seribu kali mereka,” ujar Anas kepada Klik Mataram.

Tampaknya apa yang dikhawatirkan oleh Muhammad Firmansyah, seorang pengamat ekonomi Universitas Mataram beberapa waktu berselang telah berlangsung hari ini.

Dalam tulisan singkat yang diberi judul “Khawatir Daulat Pasar di Mandalika” pada akun facebook-nya Doktor Firman menyebut, Fenomena ini mungkin akan berlaku menyambut MotoGP di Sirkuit Mandalika 2022.

Khawatir harga barang dan jasa tidak terkontrol. Khawatir penyedia barang dan jasa lebih happy serahkan ke mekanisme pasar. Apalagi dalam pasar tanpa subtitusi.

Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 4,6 Guncang Lombok, Pusat Gempa di Lombok Barat

“Saya khawatirkan harga kamar hotel melambung saat itu. Biaya travel, barang dan jasa lain juga melambung tinggi. Pemerintah sulit masuk,” katanya.

Lebih lanjut pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram itu menyampaikan kekhawatirannya yang lebih besar.

”Saya ingatkan untuk efek jangka menengah dan panjang. Bila transaction cost di Mandalika terlalu jauh dari tempat lain, Mandalika akan tinggal nama ke depan. Tidak lagi dilirik. Siapa yang berharap demikian?” tukasnya.

Tampaknya para spekulan inilah yang tidak peduli dengan efek jangka menengah atau jangka panjang yang disebut oleh Doktor Firman di atas.

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata NTB memang pernah beberapa kali mengumpulkan para pelaku usaha terkait, termasuk travel agent dan pengelola hotel untuk duduk bersama dan membicarakan masalah ini.

Akan tetapi tidak ada solusi yang bisa disepakati.

Baca Juga: Waspadai Potensi Gelombang Tinggi Bisa Mencapai 2 Meter Lebih di Perairan NTB

Para pengelola hotel menyebut ini sebagai berlakunya mekanisme pasar, dan seperti apa yang dikatakan Doktor Firman, pemerintah sulit masuk alias tidak berdaya.

Ketua Asita NTB menyebut entah dari mana pemodal besar yang telah memainkannya hingga menjadi seperti lingkaran setan ini.

Tetapi seorang pengusaha di Mataram kepada Klik Mataram mengatakan bahwa pihaknya sempat diajak oleh rekannya sesama pengusaha yang lain untuk melakukan hal yang sama.

“Saya curiga para spekulan itu tidak semuanya dari luar Lombok. Kayaknya ada juga pemain lokal,” ujar pengusaha itu. 

Baca Juga: Teganya Pria di Lombok Tengah Ini Mau Setubuhi Paksa Calon Istri dari Saudara Sepupunya

“Ada hotel yang sekarang ini masih tutup karena Covid kemarin. Kalau kita mau bayar langsung kamarnya, mereka siap untuk buka. Tapi saya nggak mau. Ini bukan cuma soal MotoGP. Ke depan bisa rusak semua pariwisata kita,” jelasnya lagi.

Jadi, siapa para spekulan itu. Orang jauh entah dari mana, atau teman di sebelah kita juga?***

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler