Bikin Resah, Ini Respons Ahli Geologi Soal Status Waspada Gunung Semeru dan Rinjani

8 Desember 2021, 08:31 WIB
Gunung Semeru dan Gunung Rinjani /dok Kusnadi

KLIKMATARAM - Peristiwa meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur yang pada saat itu masih berstatus waspada atau level II banyak dikaitkan dengan isu level status yang sama dengan Gunung Rinjani di Lombok. Isu itu cukup membuat resah masyarakat.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda NTB, Kusnadi banyak mendapat pertanyaan terkait soal isu tersebut.

Kejadian letusan Gunung Semeru yang memuntahkan awan panas guguran yang bersamaan dengan banjir lahar dingin tentunya sangat mengagetkan banyak orang, khususnya masyarakat yang terdampak oleh letusan tersebut.

Baca Juga: Titi Kamal Ulang Tahun Diringi Ucapan Selamat dan Doa dari Sang Suami

Kejadian letusan Gunung Semeru bisa dibilang sebagai aktivitas biasa atau aktivitas harian di mana dalam satu hari bisa meletus antara 15-30 menti tapi pada tanggal 4 Desember Pukul 14.30 WIB terjadi letusan yang luar biasa, sehingga mengagetkan semua orang.

"Menurut Pak Igan Sutawidjaja seorang Vulkanolog senior IAGI letusan besar seperti itu diakibatkan oleh kubah lava yang roboh atau longsor lava yang diakibatkan oleh pelemahan akibat hujan deras dan dorongan dari dapur magma," kata Kusnadi.

Baca Juga: Omicron Terdeteksi di 45 Negara Tapi WHO Belum Terima Laporan Kematian

Menurut dia, letusan seperti ini hanya terjadi dalam rentang 8 sampai dengan 12 tahun sekali. 

Akibat aktivitas letusan Semeru yang sebagai aktivitas harian oleh karena itu sampai dengan kejadian letusan awan panas guguran kemarin status Semeru adalah Level II atau Waspada.

Status itu artinya masyarakat hanya boleh melakukan aktivitas terbatas pada zona bahaya III dan II yang berpotensi Awan Panas, lontaran batu pijar, lava dan gas beracun dan belum diwajibkan untuk mengungsi.

Baca Juga: Bocah Usia 3 Tahun yang Hanyut di Lombok Tengah Masih Dicari

"Di Lombok sendiri mulai dilontarkan pertanyaan tentang aktivitas Gunung Rinjani yang secara status sama dengan Gunung Semeru yaitu Level II atau Waspada, yaitu apakah tidak akan terjadi letusan yang sama seperti Semeru?" ungkap Kusnadi.

Morfologi Rinjani

"Sebelum langsung ke aktivitas Gunung Barujari yang ada di Rinjani mari kilah bentuk morfologi dari Gunung Rinjani," katanya lagi.

Gunung Rinjani sendiri di bagian tengahnya membentuk mangkuk besar yang disebut sebagai kaldera dengan diameter mencapai 7 km yang merupakan hasil letusan dengan skala VEI 7,5 pada abad ke-7 yang disebut sebagai letusan Samalas.

Baca Juga: Inilah Manfaat Menakjubkan Daun Sambiloto, Menghambat Pertumbuhan Sel Kanker Juga Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Di tengah-tengah kaldera tersebut terbentuk gunungapi baru yang disebut Gunung Baru jari. Artinya apabila terjadi letusan digunung Barujari maka awan panas atau lontaran batu pijar, lava dan gas beracun hanya akan tersebar didalam kaldera sehingga tidak keluar ke lereng luar Rinjani.

Aktivitas dan Sejarah Letusan

Sejarah letusan terbesar Gunung Barujari terjadi pada tahun 1994 dimana terjadi letusan pada kawah utama yang mengakibatkan kolom abu vulkanik mencapai kurang lebih 2.000 meter, sehingga berdampak hujan abu pekat di daerah Suela dan Aikmel serta mengakibatkan banjir bandang di Kokoh Putik dan Aikmel saat musim hujan.

Pada tahun 2009 sampai dengan 2015 hanya terjadi letusan samping atau letusan terjadi dilereng gunung Barujari bukan di puncak kawah sehingga kekuatan letusannya tidak terlalu besar dan hanya berdampak di dalam kaldera Segara Anak. 

Baca Juga: Kompor, Regulator, dan Tabung Bright Gas Bantuan Pertamina Bagi Korban Banjir

Berdasarkan pantauan 3 bulan terakhir aktivitas vulkanisme di Gunung Barujari didominasi oleh gempa vulkanik dalam yang atau posisi magma masih di bawah kedalaman 1 km yang artinya dalam waktu dengan Gunung Barujari belum mau meletus baik  kecil maupun besar.

"Dari sini ada beberapa kesimpulan perbedaan Gunung Semeru dan Rinjani," ucapnya.

Semeru merupakan kerucut strato primer yang belum pernah meletus besar sehingga apabila meletus material letusan akan meluncur melalui lereng dan berpotensi berdampak pada pemukiman warga.

Sedangkan Gunung Barujari merupakan gunungapi yang terbentuk setelah letusan dahsyat Samalas tahun 1257 sehingga apabila meletus ada tameng berupa kaldera untuk menghalangi material letusan keluar.

Baca Juga: Penempatan TKI Akan Gunakan Sistem Satu Kanal, Apa Itu? Begini Penjelasan Menaker Ida Fauziyah

Aktivitas letusan Semeru terjadi hampir setiap hari sehingga terkadang susah untuk memprediksi kapan kubah lava akan runtuh dan terjadi letusan besar, sedangkan saat ini aktivitas Gunung Barujari didominasi oleh gempa vulkanik dalam yang mengindikasikan magma masih berada dibawah dan belum mau mendorong keluar.

"Jadi bisa dibilang dari karakeristik gunungapi Barujari cenderung memiliki potensi dampak yang lebih kecil daripada Gunung Semeru, tapi walaupun lebih kecil kita juga perlu tetap mengikuti protokol yang telah ditetap oleh PVMBG melalui rekomendasinya yaitu dilarang beraktivitas yang intens pada radius 1,5 km dari Kawah Barujari," jelasnya.***

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler