Menimbang Peluang Duet Anies dan Ganjar di Pilpres 2024

- 30 Oktober 2021, 05:33 WIB
Kotak Suara Pemilu
Kotak Suara Pemilu /Bawaslu Lotim

Mayoritas orang Jawa tidak mau memilih orang di luar suku Jawa. Jadi, paket Anies-Ganjar lebih riskan dan kemungkinan kalahnya lebih besar.

Anies bisa saja populer di luar Jawa, misalnya di NTB. Tapi suku Sasak, Suku Samawa, dan Suku Mbojo sebagai tiga suku mayoritas di sana, dalam hal jumlah tidak ada apa-apanya dibanding Jawa. 

Jawa sebesar 41 persen di Indonesia, sedangkan Mbojo hanya 0,24 persen, Samawa sebesar 0,18 persen, dan Sasak 0,85 persen. Bahkan jika digabung dengan suku Betawi sebesar 2,55 persen, Jawa masih belum tertandingi.

Akan berbeda cerita kalau dibalik menjadi Ganjar-Anies. Wakilnya boleh siapa saja dan dari mana saja, tapi presidennya harus tetap orang Jawa. 

Bagaimana duet kedua alumnus UGM itu bisa terwujud? Analisis dangkal saya begini. Sampai saat ini Anies setidaknya sudah mendapatkan setengah tiket dan kendaraan.

Dua tahun lalu, Nasdem gencar melakukan strategi politik dalam merangkul atau setidaknya mendekati Anies. Sejauh ini hubungan itu terjaga.

Ganjar lain lagi ceritanya. Sampai saat ini masih belum jelas nasibnya. PDIP pun belum ada sinyal mau mengusungnya.

Alih-alih mengusung, bicara tentang Ganjar saja tidak pernah. Justru beberapa kader bersikap sinis kepada Ganjar karena dinilai ambisius. Justru Puan sudah mulai bergerak mencari dukungan.

Semisal di kemudian hari Puan-lah yang diusung oleh PDIP, maka Ganjar diusung oleh siapa? Ganjar bisa meniru Jusuf Kalla.

Di saat Golkar mengusung Wiranto di Pilpres 2004, Kalla dirangkul oleh Demokrat, dan akhirnya menang bersama Yudhoyono.

Halaman:

Editor: Dani Prawira


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x