Pejabat Sirkuit Mandalika Akhirnya Mundur Setelah Kasus Kata Kasar pada Warga Lombok

- 16 November 2021, 15:12 WIB
Aktivitas di Sirkuit Mandalika selama persiapan event balap dunia 2021-2022.
Aktivitas di Sirkuit Mandalika selama persiapan event balap dunia 2021-2022. /Basarnas Mataram

KLIKMATARAM – Dyan Dilato, pejabat pengelola Sirkuit Mandalika Lombok, akhirnya mengundurkan diri. Dyan Dilato, Head of Operations Sporting Mandalika Grand Prix Assosiation (MGPA) itu, sebelumnya mengumbar kata-kata tak bersahabat yang menyakiti hati warga Lombok.

Keterangan mengenai pengunduran diri Dyan Dilato itu disampaikan Direktur Utama MGPA, Ricky Baheramsjah, melalui keterangan tertulis kepada pers, Selasa 16 Oktober 2021. MGPA telah menerima surat pengunduran diri Dyan Dilato.

“Kami paham bahwa menghina dan apapun yang terjadi di lapangan bukanlah hal yang profesional. Maka dari itu, beliau (Dylan Dilato) secara resmi telah mengundurkan diri dari MGPA,” terang Ricky Bahermsjah.

Baca Juga: Karut-marut Event Balap Mandalika Makin Parah, Jagacala Lokal Jadi Korban

Diberitakan Klik Mataram sebelumnya, Dyan Dilato menyebut para jagacala (marshall track) sebagai orang yang tak berpendidikan. Ungkapan tak bersahabat yang menjurus penghinaan itu diucapkan Dyan Dilato menyusul penundaan IATC yang menurut dia disebabkan oleh para jagacala.

“Wah masrshall-nya katro semua, ndeso. Bukannya bertugas sebagai marshall, tapi malah pada nonton balap. Dan yang dipersoalkan (hingga IATC ditunda) bukan jumlah marshall, tapi kualitasnya,” ujar Dyan Dilato sebelumnya.

Selain mengungkap penyebab IATC ditunda dengan kata-kata tak bersahabat, Dyan Dilato juga menyindir pemerintah daerah yang menurutnya terkesan memaksakan agar MGPA menyerap tenaga lokal.

Dia menyebut peraturan Gubernur NTB dan Bupati Lombok Tengah yang mengharuskan memberdayakan masyarakat sekitar sirkuit sebagai tenaga jagacala. Bahkan Dyan Dilato menggunakan istilah akamsi ‘anak kampung sini’ untuk menyindir kebijakan kepala daerah itu.

“Gak boleh import (tenaga jagacala dari daerah lain). Lah wong nurunin batu buat proyek aja harus akamsi alias anak kampung sini. Jadi memang hambatan terbesar sumberdaya-nya, masih terbelakang,” ujar Dyan Dilato.

Halaman:

Editor: Muhammad F Hafiz


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x