Karut-marut Event Balap Mandalika Makin Parah, Jagacala Lokal Jadi Korban

- 15 November 2021, 16:40 WIB
Para jagacala (marshall track) di Sirkuit Mandalika sedang melaksanakan shalat di sela training.
Para jagacala (marshall track) di Sirkuit Mandalika sedang melaksanakan shalat di sela training. /Facebook.

KLIKMATARAM – Penundaan pelaksanaan Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) menguak sejumlah masalah penyelenggaraan event racing dunia di Sirkuit Mandalika Lombok. Di mana IATC yang menjadi gelaran pembuka menuju MotoGP 2022 dan kemudian ditunda pada Minggu 14 November 2021, menggeber pihak-pihak yang terlibat makin nyaring bersuara.

Kabarnya penundaan IATC akibat ketidaksiapan jagacala (marshall track) melaksanakan tugas. Penundaan itu membuat MGPA dibanjiri kritik keras dari semua kalangan. Jagad media sosial dibanjiri hujatan yang tumpah ruah ke semua arah. Termasuk kritik yang muncul dari Komisi VI DPRRI.

Di sisi lain, Mandalika Grand Prix Assosiation (MGPA) sebagai pengelola Sirkuit Mandalika menolak disalahkan. Head of Operations Sporting MGPA, Dyan Dilato, justru menimpakan kesalahan kepada para jagacala.

Kepada sejumlah media, Senin 15 November, Dyan Dilato bahkan menyebut para jagacala sebagai orang yang tak berpendidikan.

“Wah masrshall-nya katro semua, ndeso. Bukannya bertugas sebagai marshall, tapi malah pada nonton balap. Dan yang dipersoalkan (hingga ATC ditunda) bukan jumlah marshall, tapi kualitasnya,” ujar Dyan Dilato.

Baca Juga: Puan Maharani Tanam Padi di Sawah Pas Hujan, Ini Tanggapan Netizen

Selain mengungkap penyebab ATC ditunda dengan kata-kata tak bersahabat, Dyan Dilato juga menyindir pemerintah daerah yang menurutnya terkesan memaksakan agar MGPA menyerap tenaga lokal.

Dia menyebut peraturan Gubernur NTB dan Bupati Lombok Tengah yang mengharuskan memberdayakan masyarakat sekitar sirkuit sebagai tenaga jagacala. Bahkan Dyan Dilato menggunakan istilah akamsi ‘anak kampung sini’ untuk menyindir kebijakan kepala daerah itu.

“Gak boleh import (tenaga jagacala dari daerah lain). Lah wong nurunin batu buat proyek aja harus akamsi alias anak kampung sini. Jadi memang hambatan terbesar sumberdaya-nya, masih terbelakang,” ujar Dyan Dilato.

Halaman:

Editor: Muhammad F Hafiz


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah