Demokrasi Siber, Akan Jadi Masa Depan Ataukah Justru Ajal Demokrasi

- 1 November 2021, 10:26 WIB
Ilustrasi partisipasi demokrasi mulai dari balik pintu kamar akibat dunia internet yang menggejala
Ilustrasi partisipasi demokrasi mulai dari balik pintu kamar akibat dunia internet yang menggejala /pexels.com/Miguel A. Padrinan/

KLIKMATARAM – Perkembangan penggunaan internet yang sangat meluas, menarik bentuk baru kehidupan demokrasi ke dalamnya. Demokrasi sekarang ini menjadi termediasi sedemikian rupa oleh semakin mudahnya setiap orang mengakses dan memberi informasi.

Internet membuka kesempatan warga negara ikut berpartisapasi secara leluasa di dalam kehidupan demokrasi.

Sekarang ini ada istilah baru dalam dunia internet sekaligus aspek demokrasi. Yaitu apa yang disebut sebagai demokrasi siber. Namun demikian demokrasi siber masih menjadi perdebatan di kalangan pengamat komunikasi politik.

Akankah demokrasi siber memberi masa depan demokrasi, ataukah justru menghambat atau malah mematikan demokrasi.

Analis politik dan pertahanan Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menunjukkan plus-minus demokrasi siber itu.

Kepada Klik Mataram, Senin 1 November 2021, Kahirul Fahmi mengatakan pemanfaatan ruang siber merupakan hal yang tak terhindarkan. Dunia siber dapat berkontribusi besar bagi masa depan demokrasi dan partisipasi politik.

“Ruang siber sangat potensial untuk membantu masyarakat menemukan orientasi dalam lingkungan politik, untuk mendukung pembentukan dan penggalangan opini, serta untuk memungkinkan dan mendukung pendidikan politik,” jelas Fahmi.

Namun bukan tidak mungkin juga, ujarnya lagi, ruang siber justru menjadi pembawa ajal bagi demokrasi.

“Antusiasme masyarakat dalam memanfaatkan peluang kebebasan berpendapat dan berekspresi di satu sisi, semangat pembatasan dan pengawasan masyarakat atas nama keamanan siber di sisi lain, adalah tantangan dan ancaman yang selalu mengiringi,” kata Khairul Fahmi.

Apakah demokrasi siber adalah masa depan masyarakat demokratis?

Menurut Khairul Fahmi, perbincangan publik mengenai ruang siber sering kali didominasi oleh problem skandal-skandal dunia maya. Di antaranya soal kejahatan siber dan pengawasan masyarakat.

“Demokrasi siber lantas menjadi proyek yang sangat dipertanyakan,” ujarnya.

Sebab, bagi para konservatif, sulit untuk memastikan tingkat keamanan yang dibutuhkan oleh demokrasi siber untuk menghadirkan partisipasi, kompetisi, kebebasan, dan kesetaraan sekaligus di dunia maya.

Di sisi lain, meskipun mengakui demokrasi siber dalam wujudnya saat ini bukanlah masa depan demokrasi, namun kaum optimis masih melihatnya sangat berguna sebagai perangkat tambahan untuk berbagi informasi dan pengetahuan politik dengan masyarakat.

“Ada juga yang berpendapat bahwa sistem informasi dan pengetahuan dalam bentuk demokrasi siber ini seharusnya tidak menjadi dasar pemilihan partai politik atau pelaksanaan jajak pendapat publik, melainkan sebagai alat berharga untuk pendidikan kewarganegaraan,” jelas Khairul Fahmi.

Perlunya menjawab pertanyaan mengenai demokrasi siber itu, ditempuh oleh sejumlah kalangan dengan menggelar diskusi publik. Dalam waktu dekat Hima Ilmu Politik Unair  juga akan menggelar talkshow soal prospek demokrasi siber.***

Editor: Muhammad F Hafiz


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah