Ada Dukungan G20 untuk Negara Rentan Pandemi

- 15 Oktober 2021, 13:58 WIB
Sri Mulyani saat menghadiri pertemuan tahunan IMF World Bank.
Sri Mulyani saat menghadiri pertemuan tahunan IMF World Bank. /Facebook Sri Mulyani Indrawati./

KLIKMATARAM - Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyatakan G20 Finance Track telah bekerja dengan baik dalam menangani agenda global dan mampu menyampaikan hasil yang substansif. Pemulihan ekonomi dunia yang tak merata juga ikut jadi pembahasan.

Ada beberapa capaian strategisnya dari G20, yaitu dukungan G20 untuk negara-negara rentan yang terdampak pandemi; Pembentukan Sustainable Finance Working Group (SFWG) yang menghasilkan peta jalan keuangan berkelanjutan G20; pembentukan High Level Independent Panel (HLIP) tentang pembiayaan untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi; kesepakatan perpajakan digital; dan Dialog Investor Infrastruktur G20.

Beberapa capaian itu diungkapkan Sri Mulyani Indrawati melalui akun media sosial Facebooknya. Dia menyatakan untuk mencapai pemulihan ekonomi global, vaksinasi harus dapat diakses secara merata di seluruh dunia.

"Indonesia pun menegaskan kembali dukungan terhadap pendekatan multilateral untuk memastikan hal tersebut dapat tercapai," katanya saat menghadiri 4th G20 Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting, 14 Oktober 2021.

Selain itu, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa Indonesia sangat mendukung Final Agreement on Two Pillars solution untuk reformasi perpajakan internasional karena perjanjian ini telah merefleksikan kesuksesan pendekatan multilateral dalam upaya menghadapi tantangan global melawan aktivitas Base Erotion and Profit Shifting (BEPS).

Selanjutnya, pada presidensi G20 2022, Indonesia akan terus melanjutkan penanganan isu-isu kritis global sehingga negara-negara di dunia bisa mendapatkan pemulihan ekonomi yang stabil menuju pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan.

Sementara, di hari kedua pertemuan tahunan IMF World Bank, pembahasannya mengenai pemulihan ekonomi dunia yang tidak merata akibat tidak semua negara mampu mendapat akses vaksin Covid dan munculnya tantangan dan ketidakpastian baru yang menimbulkan komplikasi bagi para pembuat kebijakan.

Naiknya harga minyak dan gas, harga komoditas, harga pangan, ditambah dengan disrupsi rantai supply- telah menimbulkan tekanan inflasi tinggi di berbagai negara-negara maju.

"Kondisi ini akan memaksa perubahan kebijakan moneter di negara maju yang berpotensi menimbulkan dampak rambatan spillover ke seluruh dunia," katanya.

Halaman:

Editor: Dani Prawira


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini