KLIKMATARAM- Beredar video di medsos air laut berubah warna menjadi kecoklatan diduga karena limbah yang menggenangi sepanjang pantai Lawata Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Limbah yang dicurigai sebagai limbah kapal yang membawa bahan bakar minyak di Pertamina Bima itu membentang sepanjang pesisi pantai dari Pantai Lawata.
Dalam video siaran langsung yang diunggah akun facebook Fadriani, 27 April 2022 terlihat air laut yang biasanya berwarna biru itu berubah menjadi coklat muda seperti warna minuman kopi susu.
Baca Juga: Sinopsis Sufiyana ANTV Hari Ini: Jhugal Dhipnotis Rupali, Mengamuk Ancam Membakar Semua Orang
Dalam video terlihat air laut yang berubah coklat itu seolah diam tanpa riak gelombang yang biasa terlihat di pantai yang menandakan air berubah mengental seperti jeli.
Fadriani menjelaskan di dalam videonya bahwa kejadian itu telah berlangsung sejak kemarin, 26 April 2022.
“Ini dari kemarin. Hanya kemarin itu bentuk seperti busa-busa sabun itu aja,” ujarnya. Dia mengambil video di depan kantor Pertamina Bima.
Baca Juga: Ada Apa dengan Hilangnya Aldebaran di Ikatan Cinta? Begini Curhatnya kepada Helmi Yahya
Lalu terdengar suara seorang laki-laki yang mengatakan ini terjadi karena adanya kebocoran bahan bakar minyak.
Di dalam video tampak sebuah kapal tanker pengangkut minyak yang sedang terdiam. Sepertinya sedang siap berlabuh ke dermaga khusus yang berada di depan Kantor Pertaminan Bima.
Video itu ramai mendapat komentar dari netizen. Banyak yang mencoba menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Baca Juga: Sinopsis Sufiyana ANTV Hari Ini: Zaroon Meninju Cermin, Emosi Jiwa Mengira Saltanat Tak Cinta
“Ada kebocoran pada saat proses pengalihan dari kapal tanker ke jalur pipa pertamina,” tulis salah satu netizen.
Lalu netizen lain mengatakan bahwa itu adalah kebocoran solar dan aftur yang ada di kapal pengangkut bahan bakar yang menuju dermaga Pertamina.
Namun ada juga yang bercanda bahwa itu tampak seperti kolam kopi luwak yang bisa diambil gratis.
Sampai berita ini diturunkan belum ada penjelasan resmi dari pihak Pertamina Bima atau pihak terkait.***