Presiden Rusia Vladimir Putin Meminta Negara Uni Eropa Membeli Gas dengan Mata Uang Rubel

24 Maret 2022, 16:44 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin minta Uni Eropa bayar gas denga mata uang Rubel. /Twitter @KremlinRussia_E/

KLIKMATARAM - Presiden Rusia Vladimir Putin meminta negara yang tak bersahabat dengan Rusia membayar gas menggunakan mata uang Rubel.

Diketahui bahwa Rusia mendapatkan sanksi berat dari Eropa dan AS semenjak mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Eropa yang bergantung dengan Rusia di sektor energi, menghadapi krisis energi untuk pembangkit listrik dan pemanas.

Baca Juga: Bersedekah Atas Nama Orangtua yang Sudah Wafat Ini Kata Buya Arrazy Hasyim 

Menanggapi krisis tersebut Uni Eropa pun terpecah mengenai apakah akan memberikan sanksi di bidang energi terhadap Rusia.

Setelah Putin mengumumkan hal tersebut, mata uang Rubel melonjak ke level tertinggi sejak Februari lalu karena langkah penjualan gas.

Tercatat harga gas grosir di Eropa melonjak hingga 30 persen pada Rabu 23 Maret 2022. Hal demikian pun terjadi di Inggris dan Belanda.

Baca Juga: Sering Diabaikan Para Ayah, Kata Buya Yahya Hal Ini Sebenarnya Hak Anak Istri

Gas Rusia menyumbang 40 persen dari total kebutuhan masyarakat Eropa. Ekspor gas Rusia tahun ini terhitung fluktuatif di angka 200 hingga 800 juta Euro atau setara dengan 880 juta dollar AS per hari.

“Rusia tentu saja akan terus memasok gas alam dengan volume dan harga. Tetap dalam kontrak sebelumnya,” ucap Putin saat acara langsung di stasiun televisi Rusia.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyebut permintaan Putin sebagai pelanggaran kontrak pembelian gas.

Baca Juga: Pratama Arhan Latihan Perdana Bersama Tokyo Verdy

Sementara itu, Polandia pada tahun ini tidak berniat melanjutkan kontrak kepada Gazprom perusahaan gas Rusia.

Bank-bank besar yang enggan untuk memperdagangkan aset Rusia juga menjadikan permintaan Putin sulit terwujud.

Berdasarkan data Gazprom sebanyak 58 persen pembayaran komoditas gas alam ke Eropa dan negara-negara lain pada 27 Januari diselesaikan dengan mata uang Euro.

Baca Juga: Mudik Lebaran Tidak Dilarang, Presiden Jokowi Ungkap Alasannya

Dolar AS menyumbang sebanyak 39 persen dari bruto dan Poundsterling sekitar 3,0 persen. 

Komoditas yang diperdagangkan di seluruh dunia sebagian besar ditransaksikan dengan mata uang Dolar dan Euro, yang merupakan 80 persen dari cadangan mata uang dunia.***

Editor: Dani Prawira

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler