Faisal Basri Tentang Pemindahan Ibu Kota Negara Baru: Ini Mimpi yang Harus Dihentikan

4 Februari 2022, 10:57 WIB
Faisal Basri berbicara tentang pemindahan ibu kota negara. //ANTARA/Wahyu Putro

KLIKMATARAM - Ekonom senior Faisal Basri mengemukakan berbagai pandangannya terkait penolakannya terhadap rencana pemerintah memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur.

Faisal Basri mengemukakan berbagai argumen baik yang menyangkut aspek politik maupun ekonomi dari rencana pemindahan ibu kota negara tersebut pada diskusi online bertajuk “IKN, Kenapa Harus Ditolak.”

Pandangan-pandangan Faisal Basri terkait rencana pemindahan ibu kota negara tersebut diunggah melalui kanal Youtube Refly Harun, Kamis 3 Februari 2022.

Baca Juga: ‘Ikatan Cinta Terbaru’ Andin Menolak Dirawat Inap, Namun Aldebaran Membujuknya Demi Baby Z

Salah satu kritik keras ekonom senior itu terkait pernyataan Presiden Joko Widodo beberapa waktu sebelumnya bahwa ibu kota negara baru ini merupakan sumbangan Indonesia untuk dunia.

Menurut dia, ini satu hal yang aneh karena menyejahterakan rakyat sendiri saja pemerintah dinilai belum berhasil.

Ekonom jebolan Universitas Indonesia menilai itu bahwa kualitas masyarakat Indonesia saat ini masih tercecer dan jauh dari harapan.

Kondisi inilah yang menurutnya lebih mendesak untuk diselesaikan, bukan dengan cara memindahkan ibu kota negara.

Baca Juga: ‘Ikatan Cinta Terbaru’ Andin Menolak Dirawat Inap, Namun Aldebaran Membujuknya Demi Baby Z

"Jadi, manusia kita masih tercecer kualitasnya, macem-macemnya masih jelek. Lantas kita lupakan semua itu, bahkan ingin menyumbang peradaban dunia? Peradaban kita aja sedang turun," ujarnya.

Menurut dia, sikap pemerintah yang seolah mengabaikan masalah tersebut patut dipertanyakan. "Untuk rakyatnya aja belum beres, untuk dunia?" ujarnya lagi.

Lebih detil salah satu mantan calon gubernur pada Pilkada DKI tahun 2011 itu mengemukakan potret kondisi dan tantangan ekonomi yang dihadapi saat ini.

Antara lain pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan kecenderungan melambat, pendapatan nasional per kapita yang terus merosot dan juga kecepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang relatif lebih lambat dibandingkan negara-negara tetangga.

Selain itu, jumlah penduduk insecure (miskin, makin miskin, nyaris miskin, dan rentan miskin) masih lebih dari separuh jumlah penduduk, utang negara makin menggelembung dan semakin mengkhawatirkan.

Baca Juga: Limbah Tes Antigen Kotori Selat Bali, Sakti Wahyu Trenggono Angkat Bicara

Sementara berbarengan dengan itu ketidakpastian pandemi Covid-19 masih cukup tinggi. Muncul varian virus baru yang berpotensi menimbulkan pandemi gelombang ketiga.

Sehingga membutuhkan kesiapan pendanaan ekstra untuk melindungi rakyat dan pelaku ekonomi kecil.

Dalam kondisi negara yang tidak bisa dikatakan “sedang baik-baik saja”, lanjutnya, ini sangat patut dipertanyakan. "Apa urgensinya tindakan memindahkan ibu kota yang undang-undangnya sudah disetujui DPR itu, untuk apa dan untuk kepentingan siapa sebetulnya?" tandasnya.

"Ini memang mimpi besar, tapi dalam waktu yang sangat tidak tepat sehingga harus dihentikan," katanya.***

Editor: Dani Prawira

Sumber: YouTube Refly Harun

Tags

Terkini

Terpopuler