Ustadz Adi Hidayat mengatakan bahwa ada riwayat yang sudah tidak perlu diperdebatkan terkait penetapan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.
“Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa di hari Arafah, hari Arafah itu tanggal berapa? Sembilan. Ingat ya suka agak keliru, sebagian orang mengatakan shoum arafah, kalau cuma disebutkan, Nabi mengatakan syiam arofah puasa arafah,” katanya.
“Arafah itu menunjuk pada momentumnya, ya momentum orang wukuf, jadi kalau bahasanya puasa arafah, maka enggak ada penafsiran,” Kata Ustadz Adi Hidayat (UAH).
Baca Juga: Kim Mi Kyung Bagikan Foto Bersama Jang Nara, Putrinya di Layar Kaca
Menurut nya, kalau berpatokan pada momentum wukuf, maka umat muslim di seluruh dunia harus melaksanakan puasa bersamaan dengan orang yang wukuf. Jika menggunakan kata ‘Yaum’ (menunjuk pada waktu), itu artinya bukan ikut momentum wukuf tapi mengikuti waktunya.
“Maksudnya apa,"? Ujarnya
Hadits ini ingin menegaskan, bahwa puasa ini dilakukan, bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya, kata UAH menambahkan.
“Waktu orang wukuf tanggal berapa, delapan apa sembilan? Jadi waktu orang wukuf di tanggal sembilan Dzulhijjah,” tambah Da'i tersohor ini.
Artinya, jikalau di satu tempat atau satu negara sudah masuk ke tanggal 9 Dzulhijjah sekalipun tidak sama dengan tempat orang wukuf di Arab Saudi, maka sudah harus menunaikan puasanya.
Artikel Rekomendasi