Tingkatan yang kedua adalah iman yang senantiasa ditingkatkan dan selalu berusaha menyempurnakan ibadah. Pada tingkatan ini seseorang sudah kuat untuk menolak perbuatan maksiat.
Namun, setan masuk melalui perbuatan al-laghwu dengan melalaikan waktu yang harusnya dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
Kemudian tingkatan ketiga yang tertinggi, disebutkan dalam Alquran sebagai orang yang mukmin.
UAH menjelaskan, dalam Alquran dikaakan bahwa agar dapat naik ke tingkatan iman tertinggi harus menaikan kualitas kekhusyukan ibadah. Hal ini disebutkan dalam Alquran Surah Al-mukminun ayat 1-3.
“Sesungguhnya beruntung orang yang beriman (mukmin), (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.”
Jika sudah pada tingkatan hamba yang khusyuk, seseorang melakukan aktivitas duniawi selalu berorientasi amal soleh.
“Orang khusyuk itu saat bekerja orientasinya bukan dunia lagi. Jika sudah khusyuk, yang tak penting (perbuatan sia-sia), lewat,” pungkas UAH.***
Artikel Rekomendasi