Hati-hati! Ada Celah Antara Taat dan Maksiat, Ustadz Adi Hidayat Sebut Namanya Al-laghwu, Ini Cara Mengatasi

19 Februari 2022, 11:46 WIB
Ustadz Adi Hidayat paparkan celah antara taat dan maksiat, disebut al-laghwu yang bisa menyurutkan iman. /Instagram @adihidayatofficial/Klik Mataram/

KLIKMATARAM- Ada satu perbuatan, kata Ustadz Adi Hidayat yang berada di antara taat dan maksiat.

Dijelaskan Ustadz Adi Hidayat atau UAH, perbuatan itu dinamakan al-laghwu.

Ustadz Adi Hidayat dalam video yang diunggah kanal Youtube @adihidayatofficial, al-laghwu jika dibiarkan terus-menerus bisa mempengaruhi iman seseorang.

Baca Juga: Kakek 68 Tahun Ini Ditangkap karena Diduga Terlibat Sindikat Narkotika Internasional, Barang Bukti 10 Kg Sabu

Bahkan al-laghwu walaupun belum tentu berdosa melakukannya, namun berpotensi untuk mendatangkan perbuatan dosa.

Sebab, iman dalam diri seorang muslim selalu disandingkan dengan amal soleh yang dikerjakan. Artinya, keimanan itu harus dipupuk dengan amal soleh.

Apabila iman yang sudah ada dalam hati tidak diikuti dengan amal soleh, apalagi sering melakukann perbuatan yang bersifat al-laghwu ini, iman bisa pupus dari hati.

“Dalam Islam, iman disandingkan dalam perbuatan atau amal soleh,” jelas UAH.

Seoarang muslim mesti berhati-hati karena al-laghwu ini sangat tipis dan berada di celah antara taat dan maksiat.

Lantas perbuatan apakah yang termasuk ke dalam al-laghwu?

Dijelaskan UAH, al-laghwu adalah perbuatan sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Al-laghwu meskipun belum tentu termasuk dosa, namun perbuatan ini tidak disukai Allah Swt.

Dalam Alquran Allah Swt menyindir orang yang sering berbuat sia-sia. Beruntunglah orang yang khusyuk shalatnya dan mereka yang menjauhi perbuatan yang tidak berguna.

Baca Juga: Distributor Harus Segera Salurkan Minyak Goreng, Mendag Lontarkan Sanksi

Contoh perbuatan al-laghwu adalah berlebihan menonton hiburan. Tidak ada unsur maksiat secara langsung, tapi bisa melalaikan dari taat dan menghilangkan waktu yang berharga untuk dimanfaatkan.

“Waktu untuk membaca Alquran, bekerja, mengasah pikiran, hilang. Ini disebut dengan al-laghwu,” ujar UAH.

Contoh lainnya, menghabiskan waktu membicarakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya, juga disebut dengan perbuatan al-laghwu.

Apakah perbuatan al-laghwu dapat mempengaruhi iman seseorang?

UAH menjawab, sebelumnya perlu diketahui tingkatan iman, di mana tingkatan iman dibagi tiga.

Tingkatan iman terendah adalah yang hanya mengerjakan ibadah yang wajib. Pada tingkatan iman ini, rentan seseorang tergoda oleh perbuatan maksiat, apalagi perbuatan sia-sia.

Tingkatan yang kedua adalah iman yang senantiasa ditingkatkan dan selalu berusaha menyempurnakan ibadah. Pada tingkatan ini seseorang sudah kuat untuk menolak perbuatan maksiat.

Namun, setan masuk melalui perbuatan al-laghwu dengan melalaikan waktu yang harusnya dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat.

Kemudian tingkatan ketiga yang tertinggi, disebutkan dalam Alquran sebagai orang yang mukmin.

UAH menjelaskan, dalam Alquran dikaakan bahwa agar dapat naik ke tingkatan iman tertinggi harus menaikan kualitas kekhusyukan ibadah. Hal ini disebutkan dalam Alquran Surah Al-mukminun ayat 1-3.

Baca Juga: Sinopsis Doctor Romantic NET TV Hari Ini: Rumor Ketua Shin Mati Otak Menyebar, RS Doldam Terancam Ditutup

“Sesungguhnya beruntung orang yang beriman (mukmin), (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.”

Jika sudah pada tingkatan hamba yang khusyuk, seseorang melakukan aktivitas duniawi selalu berorientasi amal soleh.

“Orang khusyuk itu saat bekerja orientasinya bukan dunia lagi. Jika sudah khusyuk, yang tak penting (perbuatan sia-sia), lewat,” pungkas UAH.***

Editor: Muhammad F Hafiz

Tags

Terkini

Terpopuler