Celepuk Rinjani, Jenis Burung Hantu yang Ditemukan Naturalis Inggris

10 November 2021, 11:36 WIB
Celepuk Rinjani. /BTNGR

KLIKMATARAM - Celepuk Rinjani (Otus jolanodea) merupakan salah satu jenis endemik yang hidup di Lombok. Populasi jenis burung hantu itu kini hampir punah.

Burung ini pertama kali ditemukan oleh seorang naturalis asal Inggris, Alfred Everett pada bulan Mei 1986.

Pada awalnya diberi nama Pisorhina albiventris dan dianggap sebaga anak dari jenis Celepuk Maluku dan mendapat nama ilmiah Otus magicus albiventris.

Celepuk Maluku (Otus magicus) sendiri merupakan jenis burung endemik yg tersebar di Kepulauan Maluku.

Baca Juga: Masih Minum ASI, Anak Vanessa Angel Rewel, Susah Makan

Burung ini juga tersebar di Nusa Tenggara, termasuk Lombok, Sumbawa, dan Flores, serta pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.

Secara resmi burung ini dinyatakan teridentifikasi pada tahun 2013 yang lalu.

Menurut Satgas Pengamanan dan Perlindungan Hutan di BTNGR, Gede Permana menyatakan endemik ini ditemukan oleh George Sangster.

Penemuannya itu ditulis dalam jurnal berjudul A New Owl Speciel of The  Genus Otus (Aves Stringidae) from Lombok Indonesia.

"Dan sejak tahun 2013, Celepuk ini menjadi maskot Rinjani, selain kijang dan Elang Flores," kata Gede.

Baca Juga: Erick Thohir Akhirnya Ungkap Sosok di Akun Instagramnya, Tebakan Netizen Benar

Gede menjelaskan jika saat ini status Celepuk Rinjani (Otus jolanodea) masuk ke dalam daftar satu dari dua puluh lima fauna yang hampir punah.

Satwa itu tercatat di Balai TNGR dan diperkuat dengan Uni International Conservation of The Nature (UICN).

UICN merupakan sebuah badan atau lembaga yang mengurus tentang konservasi alam sejak tahun 2016.

Lembaga ini juga turut menyatakan Celepuk Rinjani sebagai fauna yang near thretened atau hampir punah.

Kepunahan fauna endemik ini sebagian besar disebabkan oleh degradasi lahan hutan. Apalagi habitat jenis otus ini hidup di ekosistem ekoton.

Baca Juga: Yenny Wahid Beri Kejutan Musik, Butet Balas dengan Puisi yang Menyentuh Hati

Salah satu contohnya, terang Gede, akibat dari adanya perambahan masif di hutan Pesugulan, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur.

Ada sekitar 116 hektare hutan yang dulu bertegakan rapat yang dijadikan ladang.

Walaupun, kata Gede, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) berhasil menertibkannya.

Perlu waktu puluhan tahun untuk mengembalikan ekosistem seperti sedia kala," ungkap Gede.

Baca Juga: Kementerian PUPR Bangun Pabrik Pengolahan Sampah di Kebon Kongok, Kini Sedang Persiapan Dokumen Lelang

Gede menjelaskan bahwa kawasan Gunung Rinjani selama ini lebih dikenal dengan pendakiannya.

Tercatat jumlah pendaki Asing ke Rinjani dengan persentase terbanyak jika dibandingkan dengan Gunung lainnya di Indonesia.

"Padahal, di sisi lainnya ada kekayaan flora dan fauna serta kearifan lokal di dalamnya. Mari kita jaga bersama kelestariannya," ungkap Gede.***

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler