Pemasyarakatan Pakaian Sasambo dan Atraksi Kebudayaan, Harga Masyarakat NTB di Level  Global

30 November 2021, 20:45 WIB
Penagrusutamaan kebudayaan sebagai budaya global perlu disikapi dengan pengembangan kearifan lokal. /pexels/Markus Spiske/

Oleh Ahmada Efendi

KLIKMATARAM – Dunia saat ini menjurus kepada homogenitas semua aspek, termasuk kebudayaan. Budaya dunia dikendalikan menjadi satu kebudayaan dunia atau pengarusutamaan budaya populer global. 

Globalisasi kebudayaan sebenarnya kurang menguntungkan bagi tradisi dan kebudayaan lokal. Pada titik ini kebudayaan lokal sering kali menjadi subordinat, sehingga tidak pernah mampu menjadi tuan di tanahnya sendiri. 

Masyarakat mestinya menyadari bahwa harga kebudayaan itu cukup mahal. Bahkan tidak dapat dikuantifikasi. Sebab sudah masuk ranah jati diri sebagai sebuah entitas lokal atau apa yang dikenal dengan kearifan lokal.

Ini sudah berbicara mengenai identitas diri dan itulah harga masyarakat di aras global saat ini.

Beruntungnya Pemerintah Provinsi NTB telah menetapkan pemakaian produk lokal untuk mendorong terbangunnya kearifan lokal dan makin masifnya pemakaian produk lokal.

Saat ini diterapkan kepada para ASN untuk menggunakan busana daerah pada hari tertentu yang patut diapresiasi. Selain itu di lingkungan sekolah juga ada penerapan kearifan lokal kegiatan Sabtu Budaya.

Di kegiatan Sabtu Budaya tidak hanya penerapan busana daerah tetapi juga khasanah kebudayaan lainnya. Untuk sekolah tingkat sekolah menengah pertama di kabupaten dan kota, ada performance musik tradisional, praktek memasak, dan penggunaan bahasa sasak. 

Sedangkan Sabtu Budaya dilaksanakan di tingkat sekolah menengah atas di semua sekolah se NTB, digelar permainan rakyat, gotong-royong, dan olah raga tradisonal.

Kebijakan-kebijakan penggunaan pakaian khas tradisi Sasambo maupun kegiatan-kegiatan budaya khas yang digalakkan pemerintah adalah sebuah kemajuan yang cukup berarti.

Jika budaya lokal sudah terkikis jangan mengharapakan produk-produk lokal bisa menggeliat bangkit. Jadi dengan adanya kebertahanan akan identitias diri dengan pemasyarakatan kembali pakaian khas lokal seperti sasambo dan kegiatan-kegiatan budaya lainnya sebenarnya itu bernilai pemberdayaan masyarakat lokal sendiri.

Misalnya dengan kebijakan menggunakan pakaian adat Lombok dapat dipastikan para perajin batik khas Lombok akan dapat berproduksi. Geliat produknya akan mengangkat rantai produksi-produksi lainnya di masyarakat. Pada kondisi seperti ini pertahanan kebudayaan dapat berimplikasi pada kebertahanan perputaran ekonomi. 

Masyarakat jangan salah bahwa kebudayaan mempunyai nilai ekonomis jika masyarakat sendiri mengapresiasi kebudayaannya sendiri.  

Belum lagi pada persoalan kegiatan-kegiatan permainan tradisional. Ini juga menjadi asset kekayaan yang tidak dapat dikuantifikasi karena memang sangat bernilai tinggi. Permainan tradisonal dapat menjadi atraksi kebudayaan sehingga dapat menjadi atraksi parwisiata bagi masyarakat luar.

Perlu diketahui bahawa desa-desa wisata yang dikembangkan pemerintah daerah Nusa Tenggara Barat masih sangat kurang akan atraksi-atraksi nya. Oke masyarakat mempunyai bentangan alam yang indah berupa persawahan, sungai, danau dan lain sebagainya tetapi atraksi kebudayaan masih sangat kurang.

Dan permainan-permainan tradsional yang menyatu dengan olah raga tradisional dapat menjadi pelengkapnya, sehingga akan memperkaya khasanah pariwisata Nusa Tenggara Barat sesuai dengan lokalitas kota atau kabupatennya.

Oleh karena itu kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai apresiasi kebudayaan lokal sebenarnya merupakan strategi jitu untuk bisa menjadi pemenang ditengah-tengah persaingan pasar bebas dewasa ini. Jangan harap orang lain akan datang membeli jikalau masyarakat lokal tidak mempunyai “perbedaan” kebudayaan dengan masyarakat global. 

Sebenarnya perbedaan-perbedaan warna itulah yang membuat satu masyarakat mau mengunjungi masyarakat lainnya. 

Dengan demikian ayo masyarakat NTB memperkuat kebudayaan dan tradisinya. Ada kekhasan kebudayaan dan kegiatan-kegiatan seperti permainan dan olahraga tradisional yang harus dijaga kelestariannya karena itu adalah harta tak  ternilai. Dan itulah yang bisa menjadi magnet untuk orang luar mendatangi NTB.***

Editor: Muhammad F Hafiz

Tags

Terkini

Terpopuler