Di Era Digital Jangan Anggap Tabu Soal 'Sex Education' Terhadap Anak

30 Oktober 2021, 06:51 WIB
Ilustrasi anak. /pixabay

Oleh: Baiq Solatiah

KLIKMATARAM - Hidup di era digital saat ini pemikiran seseorang pasti tidak jauh dari seputar gadget, game, internet, dan sosial media.

Anak-anak yang tumbuh di era digital akan lebih mengenal internet. Pada era ini keberadaan internet memberikan kontribusi yang besar, membantu anak mendapatkan sebuah informasi yang menunjang kebutuhan belajar.

Terlebih pada masa pandemi seperti saat ini. Proses belajar mengajar dilakukan secara daring.

Pada saat ini bisa dikatakan bahwa anak-anak lebih pandai menggunakan gadget mereka dibanding orangtua.

Tetapi dengan usia yang masih tergolong muda dan memiliki pemikiran yang labil, anak-anak cenderung belum bisa memilih dengan baik informasi yang masuk dan mereka terima. Sehingga memungkinkan jika anak-anak bisa terpapar informasi negatif yang mereka terima dari internet.

Keberadaan informasi negatif ini sangat beragam bentuknya yang dapat memengaruhi anak-anak. Seperti, konten-konten yang mengandung pornografi yang biasa ditemui pada sebuah situs.

Informasi negatif yang terus menerus dikonsumsi oleh anak akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan pikiran dan sifat anak itu sendiri.

Berdasarkan data dari ICT Watch, terdapat klasifikasi risiko anak dari pengaruh negatif internet. Di antaranya, bisa mengalami gangguan mental, menjadi pelaku atau korban bullying, terbiasa dengan ujaran kebencian maupun kekerasan, dan terbiasa dengan konten pornografi.

Selain dampak tersebut masih ada dampak negatif lainnya. Seperti, menjadi pribadi yang individualis, kurang peka dengan keadaan sekitar, dan kehilangan minat bersosialisasi dengan orang lain.

Beberapa waktu yang lalu media massa dihebohkan dengan ditemukannya grup chat anak yang masih duduk di sekolah dasar yang  membahas konten dewasa.

Mereka saling berbagi gambar yang tidak senonoh, di antaranya ada yang berhubungan sesama jenis.

Hal ini tentunya amat disayangkan terjadi pada anak-anak. Karena pada masa ini anak-anak mestinya belajar dan bermain.

Perlu disadari, orangtua tidak bisa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Anak perlu juga perhatian dan bimbingan langsung dari orangtua.

Hal tersebut terjadi diakibatkan kurangnya bimbingan dan pengawasan orangtua dan masih menganggap tabu mengenai sex education, sehingga anak jadi penasaran dan mencari sendiri melalui internet.

Sex education mestinya diberikan kepada anak sejak dini oleh orangtua. Orangtua memiliki peran yang sentral dalam memastikan anak memiliki pemahaman yang cukup tentang seksual dan kesehatan.

Di Indonesia sendiri, sex education terhadap anak masih merupakan hal yang tabu. Meskipun demikian, nyatanya perilaku seks anak di bawah umur sangat memprihatinkan. Terlebih karena kemajuan teknologi dan kurangnya pengawasan dari orangtua membuat anak mengakses konten yang berbau seksual dari internet maupun sumber lainnya.

Kondisi ini membuat anak rawan memperoleh informasi yang salah atau bahkan menyesatkan seputar topik seks.

Selain itu, anak juga jadi rentan mengalami kekerasan dan pelecehan seksual apabila tidak dibekali dengan pengetahuan yang memadai.

Tak heran lagi karena kurangnya kesadaran dalam sex education, kasus pornografi dan pelecehan seksual terhadap anak masih sering muncul dalam berita ataupun media massa.

Survei dari Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa sekitar 62,7 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah.

Yang lebih miris, 20 persen dari 94.270 perempuan hamil di luar nikah masih berusia remaja. 21 persen di antaranya pernah melakukan aborsi.

Tidak hanya risiko kehamilan di luar nikah, survei tersebut juga mengungkap fakta kasus infeksi HIV yang dipantau dalam rentang tiga bulan terjadi sebanyak 10.203 kasus. 30 persen penderitanya berusia remaja.

Fenomena ini terjadi akibat kemudahan akses bagi para remaja untuk mendapatkan konten pornografi tanpa dibekali sex education pada anak sejak dini. Di sinilah peran orangtua dalam mendidik anak.

Karena dianggap tabu, sebagian orangtua salah mengartikan mengenai pentingnya sex education dengan mengartikan bahwa sex education merupakan mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Ini adalah pemahaman yang salah.

Konteksnya tentu bukan seperti itu. Melainkan upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang fungsi dari organ reproduksi serta bahaya dari penyakit menular seksual.

Selain itu, menanamkan nilai moral, etika, komitmen, dan nilai agama maupun konsekuensi dari perbuatannya jika melakukan penyalahgunaan dari hal seksual tersebut.

Namun orangtua terkadang masih ragu dalam memberikan sex education kepada anak. Hal ini dilakukan oleh orangtua, sebab ini masalah yang krusial dan sensitif.

Anak memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar mengenai suatu hal. Tanpa adanya sex education akan berakibat fatal. Anak mencari tahu, bereksplorasi dengan seksualitasnya sendiri.

Anak bisa saja mengambil keputusan yang tidak bijaksana. Apalagi dalam usia pubertas, anak mengalami banyak sekali perubahan fisik maupun psikis akibat bergejolaknya hormon.

Rasa keingintahuan yang sangat kuat terkadang anak bertanya dari mana ia dilahirkan ataupun pertanyaan seputar seksual maupun tentang organ reproduksi lainnya.

Orangtua harus memberikan jawaban yang benar kemudian memberikan bimbingan yang tepat. Ironisnya, orangtua terkadang marah jika anak bertanya soal seks atau hal yang dianggap tabu.

Tindakan ini merupakan hal yang tidak tepat karena dapat menimbulkan kesalahan persepsi pemikiran anak mengenai seks.

Sex education sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan dalam keluarga, agar anak tidak terjerumus dalam perilaku seksual yang berbahaya.

Orangtua sangat berperan dalam membimbing anak untuk mengetahui organ reproduksi serta penanaman nilai agama, norma sosial dan etika.

Untuk itu orangtua perlu berdiskusi kepada anak dengan pemikiran yang terbuka sehingga anak nyaman untuk mengutarakan pertanyaan dan pemikiran kepada orangtuanya.***

 

Penulis dari Departemen Logistik KOHATI HMI Cabang Mataram

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler