Menimbang Peluang Duet Anies dan Ganjar di Pilpres 2024

30 Oktober 2021, 05:33 WIB
Kotak Suara Pemilu /Bawaslu Lotim

Oleh: Andi Fardian

KLIKMATARAM - Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo adalah lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM). Anies di Fakultas Ekonomi, sedangkan Ganjar di Fakultas Hukum.

Saat ini Ganjar menjadi Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Keduanya adalah tipe organisatoris. Tapi Anies yang pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM itu terlihat lebih kutu buku.

Nuansa akademis di keluarga Anies memang kental. Ibunya, Aliyah Rasyid adalah profesor ilmu pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Sedangkan Ganjar lebih 'liar'.

Dia sering naik gunung dan menyukai jenis musik metal. Dulu, Anies dan Ganjar sering berdiskusi dan berdebat.

Setelah lulus keduanya mengambil jalan yang berbeda, meskipun akhirnya bertemu di gelanggang politik.

Anies melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat, sedangkan Ganjar merintis karier sebagai politikus. Taufik Kiemas, mantan Ketua MPR RI yang menjadi guru politiknya. 

Anies menjadi dosen, hingga menjadi Rektor Universitas Paramadina. Ganjar menjadi anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah, diusung oleh PDIP. 

Menjelang Pilpres 2014, Anies mencoba mencari peruntungan sebagai capres lewat Konvensi Partai Demokrat, tapi kemudian kalah dari Dahlan Iskan.

Sejak saat itulah Anies mulai bersinggungan dengan politik praktis, tapi masih terlihat malu-malu. Ketika Jokowi mulai populer, Anies menjadi juru bicara Jokowi di berbagai kampanye dan pencitraan.

Jokowi masuk gorong-gorong, Anies pun menemani. Bagi Anies, Jokowi saat itu adalah sosok yang tepat menjadi pemimpin Indonesia karena kesederhanaannya.

Tapi betapa dinamisnya politik. Saat itu Anies menjadi pasukan yang siap pasang badan membela Jokowi. Sama seperti Doktor Mahfud yang membela dan menjadi juru bicara Prabowo.

Tapi sekarang sudah berubah. Anies ke Prabowo, Mahfud ke Jokowi. Para elit kita memang pandai berpolitik. Lambat laun, Anies pun mulai pandai berpolitik.

Karena jasanya ikut memenangkan Jokowi ditambah latar belakang akademiknya, Jokowi mengangkat Anies menjadi menteri pendidikan.

Tak sampai setengah jalan, Anies diturunkan oleh Jokowi. Anies kemudian 'diselamatkan' oleh Prabowo. Jadilag dia cagub yang diusung oleh Gerindra dan PKS.

Ganjar dan Anies saat ini menjadi gubernur. Ganjar di Jawa Tengah dan Anies di DKI Jakarta. Ganjar, ya, diusung oleh PDIP. Di Jawa Tengah PDIP memang kuat.

Bisakah keduanya berduet menjadi pasangan Capres-cawapres di tahun 2024? Bisa saja. Tapi, how caranya?

Sebelum itu, mari coba bicarakan siapa yang capres dan siapa yang cawapres. Anies bukan orang Jawa tulen. Ia ada keturunan Yaman dan Arab. Beda dengan Ganjar yang Jawa tulen.

Sungguh sulit melepaskan entitas suku dari diskursus dan konstelasi politik di Indonesia.

Mayoritas orang Jawa tidak mau memilih orang di luar suku Jawa. Jadi, paket Anies-Ganjar lebih riskan dan kemungkinan kalahnya lebih besar.

Anies bisa saja populer di luar Jawa, misalnya di NTB. Tapi suku Sasak, Suku Samawa, dan Suku Mbojo sebagai tiga suku mayoritas di sana, dalam hal jumlah tidak ada apa-apanya dibanding Jawa. 

Jawa sebesar 41 persen di Indonesia, sedangkan Mbojo hanya 0,24 persen, Samawa sebesar 0,18 persen, dan Sasak 0,85 persen. Bahkan jika digabung dengan suku Betawi sebesar 2,55 persen, Jawa masih belum tertandingi.

Akan berbeda cerita kalau dibalik menjadi Ganjar-Anies. Wakilnya boleh siapa saja dan dari mana saja, tapi presidennya harus tetap orang Jawa. 

Bagaimana duet kedua alumnus UGM itu bisa terwujud? Analisis dangkal saya begini. Sampai saat ini Anies setidaknya sudah mendapatkan setengah tiket dan kendaraan.

Dua tahun lalu, Nasdem gencar melakukan strategi politik dalam merangkul atau setidaknya mendekati Anies. Sejauh ini hubungan itu terjaga.

Ganjar lain lagi ceritanya. Sampai saat ini masih belum jelas nasibnya. PDIP pun belum ada sinyal mau mengusungnya.

Alih-alih mengusung, bicara tentang Ganjar saja tidak pernah. Justru beberapa kader bersikap sinis kepada Ganjar karena dinilai ambisius. Justru Puan sudah mulai bergerak mencari dukungan.

Semisal di kemudian hari Puan-lah yang diusung oleh PDIP, maka Ganjar diusung oleh siapa? Ganjar bisa meniru Jusuf Kalla.

Di saat Golkar mengusung Wiranto di Pilpres 2004, Kalla dirangkul oleh Demokrat, dan akhirnya menang bersama Yudhoyono.

Ganjar bisa memanfaatkan posisinya sebagai 'anak terbuang' untuk menggapai dukungan rakyat. Itu hal yang biasa. Yudhoyono pun pernah diuntungkan oleh kondisi serupa. 

Konfliknya dengan Presiden Mega ketika menjadi menteri terus diekspos oleh media dan menguntungkannya mendapatkan simpati rakyat. Ketika Ganjar dirangkul dan berpasangan dengan Anies, maka duet keduanya bisa diperhitungkan dalam pertarungan RI 1-RI 2.

Orang Indonesia cepat bersimpati kepada orang yang dikorbankan. Sepertinya Nasdem, Demokrat (kita eksludkan AHY karena masih hijau pengalaman politiknya), dan PKS bisa mengusung paket Ganjar-Anies. 

Tapi ada satu yang bisa menghambat terwujudnya duet tersebut. Apa itu? Ego.

Anies dan Ganjar itu adalah dua anak muda Indonesia yang masing-masing memiliki ambisi.

Jika salah satu di antara keduanya tidak ada yang mau menjadi orang Nomor 2, maka akan susah.

Tapi kalau Anies mau mengalah dan tahu dirinya bukanlah Jawa tulen, maka pasangan ini menjadi pasangan ideal.

Anda yang memaksakan Anies menjadi capres, juga harus realistis. Kalau patokannya adalah sentimen keagamaan karena Ganjar juga seorang muslim.***

 

Penulis adalah mahasiswa Fisipol UGM.

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler