Trilogi Drakor yang Jadi Asal-usul Nama Korea: Dari The King of Tears Lee Bang Won Sampai The Red Sleeve

- 13 Desember 2021, 16:08 WIB
Trilogi serial drama korea, Six Flying Dragons, The King of Tears, dan The Red Sleeve.
Trilogi serial drama korea, Six Flying Dragons, The King of Tears, dan The Red Sleeve. /AsianWiki/koreatimes/Klik Mataram/

KLIKMATARAM – Drama saeguk atau drama sejarah yang menjadi latar trilogi drama korea, sebagian besar adalah kisah asli sejarah. Dua dari trilogi yang sedang hit saat ini adalah The Red Sleeve dan The King of Tears Lee Bang Won yang baru tayang satu episode.

Sebelum The King of Tears Lee Bang Won dan The Red Sleeve, satu serial sebelumnya adalah Six Flying Dragons. Ketiga kemudian dikenal menjadi trilogi saeguk.

Dua dinasti yang menjadi tema utama trilogi saeguk itu, Dinasti Goryeo dan Joseon. Dari kata Goryeo itulah nama Korea muncul menjadi sebuah negara di semenanjung Korea.

Six Flying Dragons menceritakan kisah era Goryeo. Dinasti sudah berdiri sebelum digantikan Dinasti Joseon. Era Goryeo berlangsung selama 400 tahun sebelum akhirnya runtuh akibat pemberontakan Jenderal Lee Seong Gyo.

Sedangkan serial The King of Tears Lee Bang Won, menceritakan masa-masa peralihan dari Goryeo menuju Joseon. Aktor utama era ini Jenderal Lee Seong Gyo dibantu putra ke lima Lee Bang Won yang kemudian menjadi raja ke tiga Dinasti Josuan dikenal sebagai Raja Taejong. Raja sebelumnya, Lee Seong Gyo mendapat julukan Raja Taejo dari Joseon.

Serial terakhir di trilogi itu, The Red Sleeve, mengisahkan era Joseon dengan tokoh utama putra mahkota Yi San. Joseon yang berdiri sejak 1390-an terus bertahan hingga akhir abad 19, sekitar tahun 1910-an.

Dua periode dengan dua dinasti dalam trilogi itu dikenal sebagai peletak dasar Korea modern saat ini.

Bentuk pemerintahan demokrasi modern sebenarnya telah dimulai di awal era Joseon. Raja Taejo atau Jenderal Lee Seong Gyo dikenal sebagai tokoh revolusioner. Dia menggagas bentuk pemerintahan yang lebih demokratis ketimbang dinasti Goryeo sebelumnya.

Sayangnya, ide besar revolusioner itu gagal di tangan anaknya, Raja Taejong atau Lee Bang Won. Raja Taejong lebih memilih pemerintahan monarki absolut dengan pusat kekuasaan ada di tangan raja.

Halaman:

Editor: Muhammad F Hafiz


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini