Benarkah Agama Melarang Bersyair? Inilah Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

- 29 November 2021, 13:35 WIB
Ustadz Adi Hidayat
Ustadz Adi Hidayat /Klik Mataram/Jazima Fauzan/

KLIKMATARAM – Penyair adalah bagian dari bidang pekerjaan seniman. Bedanya penyair menyalurkan ide-ide keseniannya memlalui kata, kalimat atau disebut dengan bahasa.

Penyair berusaha menangkap realitas di sekitarnya, kemudian dituangkan dalam syair yang sekarang disebut puisi. Namun, di tengah orang-orang taat beragama, keberadaan penyair menjadi kontravensi.

Mengapa demikian? Di dalam Al-qur’an maupun hadist mengecam perilaku mereka bahkan keberadaan mereka, seperti sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist.

Baca Juga: Pesan Ustadz Abdul Somad Ini Menyentuh Hati Saat Wisata di Gunung Bromo

"Ketika kami sedang berjalan bersama Rasullah SAW di Al-‘Araj, tiba-tiba seorang penyair membacakan syair kepada kami, Rasul pun berkata: Tahan Syaitan itu dan peganglah. Lalu beliau bersabda: Lambung seseorang penuh dengan nanah lebih baik daripada penuh dengan syair."

Ulama-ulama pun melarang keras keberadaan penyair dan syair-syair mereka. Hal itu juga diperkuat juga dalam surah Al-Syu’ara’ yang banyak membahas penyair, seperti dalam ayat 224: “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.”

Namun apakah demikian itu berlaku sebagai larangan yang benar-benar sebagai larangan mutlak, atau apakah ada pendapat lain perihal tentang itu?

Inilah rangkuman KlikMataram yang diambil dari penjelasan Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang diliris oleh Thirteen Otherside yang diambil dari potongan video H Channel pada 4 November 2019 lalu:

1.Kapan dan kenapa sesuatu itu diharamkan dan diperbolehkan.
Dalam fiqih, jelas UAH, ada empat jenis hukum pada sesuatu yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, yaitu: yang jelas halal dan haramnya, subhat atau yang tidak jelas haram dan halalnya, kemudian yang menarik, yakni ada yang haram jadi halal dan halal jadi haram.

Halaman:

Editor: Muhammad F Hafiz


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x