Kesaksian Warga Tentang Adanya Penganut Ilmu Selaq

3 Desember 2021, 14:36 WIB
Selaq biasanya suka bergelantungan di atas pohon dan dalam kondisi yang gelap. /Harry

KLIKMATARAM - Cerita tentang keberadaan Selaq di Lombok ternyata bukan sekadar dongeng belaka. Namun adanya penganut ilmu Selaq itu nyata dan terorganisir.

Salah seorang warga di salah satu kampung di Lombok Timur bercerita tentang keberadaan Selaq. Selaq menurut Maha, memiliki organisasi tersendiri dan satu komando.

"Ya, selaq itu satu komando. Bapak itu punya buku daftar inventaris nama-nama selaq," tutur Maha.

Jenis Selaq ini dikelompokkan berdasarkan kemampuan dan tingkatan ilmu Selaq yang dimilikinya. Pun demikian jabatan yang diembannya.

Baca Juga: Inilah Cerita Awal Mula Kampung Selaq yang Terkenal di Lombok

“Semua jenis Selaq, jenis itu berdasarkan tingkat ilmunya. Semakin tinggi tingkatannya, semakin naik kedudukannya, semua terdaftar," ungkapnya.

"Lima tahun yang lalu jumlahnya di NTB yang terdaftar 75 ribu Selaq. Nah ndak tahu sekarang. Dan seperti yang saya katakan tadi mereka satu komando. Sangat patuh pada pimpinannya," tutur Maha lagi.

Keberadaan Selaq ini pun tak ingin diketahui oleh banyak orang. Tidak banyak orang yang bisa mengenali tanda-tanda orang penggelut ilmu Selaq tersebut. Mereka menjalani hari-hari dengan normal sebagai warga pada umumnya.

Baca Juga: Baibondo dan Tulenjak, Horor Bocah Lombok Tahun 80-an, Tulenjak Mahluk Aneh Elastis

"Semakin tinggi ilmunya Selaq, semakin mereka tidak mau diketahui. Selaq yang keluar nakut-nakuti itu yang baru belajar, ilmunya tahapan pertama, masih 'ngeres' alias suka cari kotoran dan lain lain," tuturnya.

Cerita tentang kelebihan kesaktian penganut ilmu Selaq ini dibenarkan Maha.

"Bukan mitos, itu benar bisa kalau sudah sampai tingkatan tertentu. Bahkan sudah bisa terbang kok," ungkapnya.

Jika ada cerita penganut Selaq yang suka menakut-nakuti itu biasanya karena sedang pada tahapan baru belajar Selaq.

Baca Juga: Perang Partai Politik di Surat Kabar Lombok Tempo Doeloe, Pendukung Parpol Serbu Kantor Redaksi

"Tahapan pertama itu memang sedang pada tahap ego-egonya di ilmu. Kalau bahasa kita lagi 'genit' untuk mencoba, dan tantangannya kalau tidak bisa mengendalikan diri, ya cari yang jorok-jorok atau yang kotor seperti 'ngeres' itu,"

Namun semua itu bergantung pada diri orang yang menggeluti ilmu Selaq.

"Tetapi tergantung pada orangnya, jika bisa mengendalikan diri tidak akan seperti itu ngeres," katanya.***

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler