ANSP Menjelma Jadi Mesin Pembunuh dalam Snowdrop Sekaligus Jawab Tudingan Distorsi Sejarah

- 6 Februari 2022, 09:51 WIB
Adegan dalam Snowdrop saat Direktur ANSP (paling kiri) melakukan negosiasi dengan mata-mata di dalam gedung asrama wanita Huso
Adegan dalam Snowdrop saat Direktur ANSP (paling kiri) melakukan negosiasi dengan mata-mata di dalam gedung asrama wanita Huso /instagram/@kdramanews/JTBC/

 

KLIKMATARAM- Dalam drama Korea Snowdrop badan keamanan negara ANSP yang paling mendapat sorotan karena menjadi pemegang kunci pembebasan para sandera.

Snowdrop dibintangi Jung Hae In dan Jisoo BLACKPINK sebagai tokoh Suho seorang mata-mata Korea Utara dan Young Ro putri direktur ANSP Eun Chan Soo. Drama ini menceritakan Suho dan beberapa rekan sesama mata-mata Korea Utara menyandera mahasiswa penghuni asrama wanita universitas Huso.

Drama penyanderaan dalam Snowdrop ini berlangsung dari awal episode hingga episode terakhir. Keadaan kemudian diperkeruh oleh negosiasi yang dipimpin oleh ANSP.

Baca Juga: Mengharukan, Ini Pesan Terakhir Jung Hae In pada Jisoo di Snowdrop

ANSP yang mewakili negara Korea Selatan melakukan negosiasi tidak hanya dengan para mata-mata yang menjadi pelaku penyanderaan, namun juga dengan pihak negara Korea Utara langsung.

Awalnya negosiasi masih berlangsung dengan menitikberatkan pada kepentingan para sandera. Suho dan kedua orang rekannya bermaksud melepaskan para sandera dengan syarat mereka dibiarkan pulang ke negaranya dengan selamat.

Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, negosiasi berlangsung alot karena telah diwarnai oleh berbagai kepentingan.

Pihak partai pengusa Korea Selatan memiliki ide bahwa penyanderaan sebaiknya dibiarkan hingga menjelang pemilihan umum.

Mereka akan menggunakan situasi penyanderaan ini demi meraih simpati dari masyarakat korea Selatan.

Pihak partai penguasa Korea Utara menyetujui ide itu dengan syarat mereka mentransfer dana senilai 300 juta dollar.

Alhasil, para penyandera diminta tetap bertahan di dalam asrama sampai waktu pemilu.

Namun dalam kenyataannya, diketahui bahwa kedua negara tidak bermaksud membebaskan sandera. Mereka akan melakukan pembunuhan seluruh sandera begitu pula semua agen mata-mata.

Rencana jahat ini diketahui oleh Huso dan agen ANSP Lee Kang Moo yang ikut terjebak dalam asrama sebagai sandera.

Mereka pun bekerja sama melawan kebijakan dua negara yang dianggap menzalimi para warga yang tidak bersalah.

Peran ANSP dalam Snowdrop menjadi hal yang paling disoroti oleh para pihak yang menolak pemutaran drama JTBC ini di awal-awal penayangannya.

ANSP dalam Snowdrop dianggap digambarkan sebagai badan dengan citra positif yang peduli terhadap warga negara.

Padahal, dalam fakta sejarah ANSP adalah badan intelijen negara yang paling beringas dan semena-mena menuduh aktivis pro demokrasi sebagai mata-mata Korea Utara.

Baca Juga: Our Beloved Summer Puncaki Peringkat Drama Terpopuler, Bulgasal Mendominasi Peringkat Aktor

Badan ini dianggap sebagai mesin pembunuh terhadap rakyat Korea sendiri.

Di awal-awal episode badan yang memegang peranan penting dalam keamanan negara ini memang terlihat sebagai pihak yang akan menyelamatkan para sandera. Hal itulah yang menjadi bahan sorotan dari para penolak drama yang berlatar belakang era 1986 ini.

Drama ini pun dinilai bernuansa mendistorsi sejarah dengan menggambarkan ANSP sebagai dewa penyelamat.

Namun kenyataan yang terjadi di episode-episode selanjutnya menggambarkan potret buram badan negara ini. Yang pertama lewat rahasia yang terungkap dari masa lalu kepala asrama Ibu Pi yang mengalami siksaan dari ANSP karena dituduh menjadi mata-mata tanpa bukti.

Kemudian ungkapan dari salah seorang sandera yang mengatakan bahwa kelularganya dibunuh oleh ANSP tanpa tuduhan yang jelas.

Baca Juga: Kepribadian Menarik Aktris Squid Game dan All Of Us Are Dead Lee Yoo Mi

Dan puncaknya terlihat pada rencana jahat mereka akan melakukan pengeboman asrama Huso untuk meledakan seluruh sandera dan mata-mata Korea Utara yang ada di dalamnya.

Hal ini jelas menjawab tudingan distorsi sejarah terhadap drama ini tidak terbukti sama sekali. Pada kenyataannya drama ini justru menggambarkan kekejaman rezim terhadap rakyatnya sendiri demi kepentingan politik. ***

Editor: Muhammad F Hafiz


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini